Monday, April 19, 2010

storyline

The Legend of Karak

Dikisahkan di sebuah negeri imaji, Karak -negeri berbudaya tinggi yang kebanyakan rakyatnya adalah petarung- tinggal seorang pemuda bernama Kan di dekat Hutan Salemba. Sejak berusia tiga tahun, Tho, ayah Kan, telah mengajaknya keluar-masuk hutan sehingga ia sangat hafal dengan topologi hutan tersebut. Beberapa minggu lagi, Kan harus menjalani upacara kedewasaan bersama dengan beberapa pemuda lain sesuai dengan adat daerah tersebut.
Seminggu sebelum upacara kedewasaannya, Kan memutuskan untuk mengadakan sebuah perjalanan singkat ke dalam hutan bersama dua orang kawannya, Lim dan Deka. Mereka akan berada di hutan selama kurang lebih empat hari. Setelah semua perbekalan dan peralatan berburu siap, mereka pamit kepada orangtua mereka dan memulai perjalanannya.
Suatu malam di dalam hutan, Kan merasakan suatu sensasi yang berbeda namun ia tak tahu apa. Kedua temannya juga merasakan kehadiran sesuatu yang lain yang bukan milik dunia mereka. Kan menajamkan penglihatannya, mencoba mencari-cari dalam gelap. Ia memutuskan untuk mengemasi tenda dan perlengkapan mereka lalu berjalan dengan waspada ke bagian hutan yang lebih dalam. Mereka berjalan beriringan, satu memegang bahu yang lain supaya tidak tersesat. Lim merasa dirinya mendengar sesuatu. Ia menelengkan kepalanya, lalu berjalan perlahan ke arah sumber suara. Lim memang memiliki telinga yang lebih peka dari kedua rekannya.
Suara itu tampaknya berasal dari suatu tempat di tanah lapang yang sekarang mereka injak. Lim mengangkat tombaknya was-was, Kan mengambil posisi menyerang, sedangkan Deka menarik anak panah dari bahunya. Tiba-tiba muncul cahaya yang amat terang menyinari tanah lapang tersebut, membius ketiga pemuda desa itu hingga mereka tak dapat bergerak. Sesosok makhluk aneh melangkah anggun ke tengah-tengah mereka disusul dengan dua makhluk serupa yang sedikit lebih pendek. Makhluk memukau itu lebih tinggi dari Kan dan berwarna hijau mengkilap. Ketiga pemuda itu ternganga.
Makhluk itu adalah peri hutan yang menampakkan dirinya di waktu tertentu kepada pemuda-pemuda yang terpilih untuk meminjamkan sedikit kekuatan mereka. Kemunculan peri ini merupakan sebuah pertanda akan adanya bahaya di Karak, dan pemuda-pemuda yang terpilih itulah yang nanti akan mempertahankan Karak dari apapun bahaya yang mengancam negeri itu. Makhluk yang paling tinggi yang nampaknya pemimpin peri-peri itu memperkenalkan diri sebagai Karr, dua mahkluk di kedua sisinya ialah Seth dan Ywai. Mereka masing-masing akan meminjamkan kekuatan kepada Kan dan kedua kawannya. Ketangguhan Karr akan dipinjamkan kepada Kan, kecepatan Ywai kepada Deka, dan kepekaan Seth kepada Lim.
Keesokan harinya, Kan terbangun dari tidurnya dan menyangka bahwa kejadian semalam hanya mimpi belaka. Ia bertanya kepada Lim dan Deka dan ternyata keduanya juga memiliki mimpi yang sama. Mereka lalu berjalan ke sungai untuk mandi, dan ketika mereka menanggalkan pakaian masing-masing, seketika mereka tahu bahwa peri-peri hutan yang semalam mereka temui bukanlah dalam mimpi. Mereka masing-masing memiliki tanda keberadaan kekuatan peri hutan tersebut di tubuh mereka, seperti semacam tato sebuah simbol yang melambangkan kekuatan yang mereka dapatkan. Kan memiliki simbol ketangguhan di bagian dada kirinya, Lim memiliki simbol kepekaan di bagian tengkuknya, sedangkan Deka memiliki simbol kecepatan di kedua bahunya. Seketika itu juga mereka memutuskan untuk bergegas kembali ke desa.
Para tetua desa segera mengadakan rapat segera setelah Deka memberitahukan apa yang menimpanya di hutan malam sebelumnya. Didatangi oleh peri hutan merupakan sebuah berkat bagi ketiga pemuda itu, namun kedatangan peri-peri itu sendiri merupakan petaka bagi Karak. Para tetua memutuskan untuk mempercepat upacara kedewasaan karena sebelum melalui upacara tersebut, ketiga pemuda itu tak akan bisa melepaskan kekuatan yang dipinjamkan oleh peri-peri hutan itu.
Segera setelah upacara kedewasaan selesai, puluhan prajurit istana datang dan memberikan surat perintah Raja Baltak untuk mengosongkan daerah sekitar Hutan Salemba dalam tiga bulan. Rupanya inilah petaka yang akan menimpa Karak. Bertahun-tahun Karak dijaga oleh peri-peri Hutan Salemba, diberi kesuburan dan kemakmuran yang melimpah, sekarang raja ingin mengusik kediaman peri-peri itu hanya untuk kepuasan pribadinya saja. Tertulis dalam surat perintah itu, raja ingin menebang sepertiga dari hutan tersebut untuk membukakan jalan bagi tentaranya yang akan melakukan ekspansi ke daerah di luar Karak. Rupanya Raja Baltak begitu sombong dan serakah, menginginkan lebih daripada apa yang telah diterimanya selama ini.
Kan dan teman-temannya mendengar rencana raja lalu mereka mengkalkulasi waktu yang mereka miliki dengan kekuatan dan jumlah orang yang mereka punya dan memutuskan untuk berdiskusi dengan raja. Dalam seminggu, dua utusan telah menghadap raja namun keduanya berakhir di kandang singa. Kan sadar, raja tak akan merubah pikirannya. Maka ia memutuskan untuk menempuh jalan perang, melawan rajanya sendiri, untuk mempertahankan keluarga, sanak saudara, teman-teman, dan keselamatan rakyat lain. Mulailah Deka mengumpulkan petarung-petarung handal dari setiap daerah di selatan Salemba sedangkan Lim mengumpulkan petarung-petarung dari timur. Kan sendiri mengatur strategi bersama tetua-tetua yang lebih memahami seluk beluk istana untuk rencana penyusupan dan penggalian terowongan bawah tanah sebagai jalan keluar dari istana.
Sebulan berlalu, Deka kembali bersama 2.000 petarung handal dari selatan dan Lim membawa serta 2.500 petarung dari timur. Sementara Kan telah menjalankan rencana penggalian terowongan bawah tanah yang dinamai Elf Tunnel, dan orang-orangnya telah berhasil menggali sepertiga dari keseluruhan panjang terowongan tersebut. Ketiganya kembali berunding mengenai bahan makanan dan bekal yang harus dibawa jika harus ‘menyusupkan’ lebih kurang 5.000 prajurit ke dalam istana.
Sebulan lagi berlalu, rencana penyerangan makin matang. 2.000 prajurit lainnya berdatangan dari selatan, timur, dan bahkan dari daerah utara, yang dekat dengan istana. Kan makin disibukkan dengan segala strategi peperangan bersama tetua-tetua desa, beberapa tetua dari desa-desa di timur dan utara bahkan ikut datang dan membantu. Seluruh rakyat nampaknya tak setuju dengan rencana raja yang tamak ini, mereka pun bersedia menyisihkan makanan, perlengkapan perang, uang, dan senjata-senjata seadanya untuk diberikan kepada prajurit-prajurit yang akan maju berperang.
Sebulan lagi berlalu, tiga bulan waktu dari raja telah habis. Ratusan prajurit raja dikirim ke Salemba untuk membabat hutan namun yang ditemui prajurit-prajurit itu justru beribu petarung jalanan yang menghalangi jalan mereka. Maka perang pertama pun pecah di pinggir hutan tersebut. Orang-orang tua, wanita, dan anak-anak telah lebih dahulu diungsikan ke bagian dalam hutan sehingga pertarungan bisa berlangsung dengan leluasa. Pasukan istana kalah telak karena tidak memiliki persiapan apa-apa.
Raja murka mendengar pemberontakan yang dilakukan oleh Kan, Deka, dan Lim. Beliau segera mengirimkan 5.000 tentara untuk berperang melawan petarung-petarung jalanan Salemba. Peperangan kedua pecah seminggu setelah peperangan pertama, di dekat perbatasan istana. Kurang lebih 2.000 pasukan istana tewas dan 2.500 lainnya luka-luka dari ringan sampai parah, sisanya bergabung dengan pihak pemberontak menyadari posisi mereka telah terancam. Di pihak Kan, hanya tersisa 800 petarung yang masih dapat bertarung. Sisanya ada yang tewas, luka-luka ringan dan parah sehingga harus ditandu kembali ke Salemba. Deka mengambil alih tugas Kan dan memimpin petarung yang tersisa untuk menyerbu istana, sementara Kan membawa serta 500 orang bekas pasukan istana untuk membawa mereka yang terluka ke Salemba dan merencanakan penyusupan melalui Elf Tunnel.
Sementara itu, Raja Baltak mempersiapkan senjata rahasianya di istana. Sebuah ruang rahasia di bawah tanah istana menyimpan seorang petarung yang kelewat handal bagi 800 tentara Deka. Tak heran, petarung itu juga memiliki kekuatan seorang peri hutan. Ia tertangkap lima belas tahun yang lalu, saat pendahulu Raja Baltak juga berniat melakukan ekspansi. Tadinya, pemuda bernama Hier ini bersama kedua rekannya memiliki niat yang sama seperti Kan, Deka, dan Lim namun setelah melihat kedua temannya tewas di tangan raja ia menyerah dan dikurung di ruang bawah tanah istana. Kekuatan peri dalam dirinya membuatnya tak pernah mengalami penuaan, dan semakin lama ia dikurung dalam kegelapan ruangan itu ia semakin kehilangan akalnya.
Deka tak mengetahui keberadaan seorang monster di dalam istana yang telah dilepaskan, maka ia memimpin petarung-petarungnya untuk masuk ke dalam istana. Walaupun dengan kewaspadaan tinggi, petarung-petarung itu tetap merupakan mainan bagi Hier. Sebagian dari mereka tewas mengenaskan sedangkan sisanya melarikan diri ke arah Elf Tunnel. Dalam arus para petarung yang panik, Deka berhasil menemukan Lim dan Kan lalu mereka bertiga keluar dari Elf Tunnel untuk menghadapi Hier.
Hier memang tak semudah itu dikalahkan, namun kekuatan tiga peri hutan bagaimanapun juga akan lebih unggul daripada kekuatan satu peri saja. Kan berhasil mengalihkan perhatian Hier cukup lama sehingga Lim dapat mencari titik lemah monster itu dan memberitahukannya kepada Deka yang dengan kecepatan luar biasa melesatkan anak panah dari tangannya. Hier tewas hanya dalam hitungan detik setelah panah Deka menembus tulang kepala belakangnya.
Raja Baltak menyerah kepada pemberontakan rakyatnya, dan turun tahta karena terpaksa. Awalnya para prajurit dan penduduk Karak meminta Kan menjadi raja baru bagi mereka tetapi Kan menolak dan menghendaki rakyat melakukan pemilihan seperti yang sudah menjadi adat Karak selama ratusan tahun.
Musim pencalonan raja pun dimulai. Pemuda-pemuda yang telah menjalani upacara kedewasaan berhak mengikuti sayembara, mereka akan mengadu strategi peperangan dan kenegaraan satu sama lain hingga rakyat menemukan satu calon yang akan melawan pemuda pilihan Hutan Salemba dalam adu strategi peperangan di dalam hutan. Pemenangnya, yang berarti orang yang sangat mengetahui seluk beluk hutan, akan dinobatkan sebagai raja dan disumpah untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan keselamatan Karak dengan masa jabatan selama lima tahun.
Untuk lima tahun masa jabatan raja yang baru, Kan, Deka, dan Lim dinobatkan sebagai penasihat kerajaan.

No comments: