Bagaimana kau meringankan diri dari masalah, semuanya tergantung pada dirimu sendiri. Kau boleh menangis sepuasnya, kau boleh meraung sampai tenggorokanmu copot, kau boleh membanting semua barang pecah belah milik mama, kau boleh memotong kedua nadimu dan merasakan aliran darah menyembur keluar memperpendek hidupmu, kau boleh melompat dari gedung tinggi mencoba untuk terbang tanpa sayap dan membentur aspal jalanan sampai kepalamu pecah, kau boleh murka mencaci maki semua orang yang lewat dan dicap gila. Semuanya terserah padamu.
Bisa saja kau diam. Diam bukan berarti tidak melawan. Hanya diam saja, memikirkan segala sesuatunya, me-rewind segala peristiwanya, lalu menangis diam-diam. Orang tak perlu tahu kau menangis, orang tak perlu tahu kau tersakiti, orang akan melihatnya di matamu tanpa kau berteriak kesakitan. Kemudian mereka yang perduli akan bertanya dan menunggu penjelasan. Mereka yang pura-pura perduli akan bertanya kemudian berlalu tanpa jawaban.
Diam bukan berarti tidak perduli, bukan berarti tidak sakit. Hanya menyembunyikan kesakitan agar orang-orang tidak tahu. Seperti si kecil Sheila yang berkata, "Kalau aku tidak menangis, orang tak tahu aku sakit. Dengan begitu, orang tak bisa menyakiti aku karena aku tidak menangis."
Tapi aku harus peringatkan, hati-hati dengan kebisuan. Hati-hati dengan diam yang tak dipertanyakan. Itu membunuh jiwamu, membunuh perasaanmu. Membuat kau jadi batu. Kau tidak lagi menangis melihat sesuatu yang memilukan. Kau menangis melihat kepalsuan televisi dan film, tapi tidak menangis melihat kematian dan penderitaan orang-orang.
Hanya saja lebih mudah untuk diam. Lebih mudah untuk memendam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment