ternyata saya bisa juga bingung. saya bisa juga mati rasa (ah, bukankah selalu demikian?).
yah nikmati saja. ia boleh berkata apa saja tentang saya. ia boleh membebaskan saya, boleh juga menuduh saya lebih dalam. mau menusuk dari belakang juga saya tidak keberatan. ia bukan hakim dan jaksa. dan ia bukan penentu hidup saya. jadi silakan saja.
sebenarnya, saya tidak perduli. saya tak cukup baik untuk perduli. yang penting Tuhan tahu. itu saja. saya ini cuma makhluk egois. makhluk egois, bodoh, dan pengecut yang percaya kadang dirinya sendiri punya insting yang tepat. dan memang terkadang insting saya tepat.
tapi kepekaan saya mengganggu. mengganggu hati saya, mengganggu pikiran saya, mengganggu logika saya. saya cukup paham kebenaran yang disuguhkan hati saya. bagi saya, kebenaran itu hampir 100%. hanya saja saya tak memiliki secuil pun bukti, bahkan tidak untuk memendam kekhawatiran saya sendiri.
kekhawatiran saya juga mengganggu. walaupun seringkali kekhawatiran itu tidak terbukti. tetapi sekali waktu saya lengah, dan kekhawatiran saya terbukti. begitu tajam merobek kepercayaan saya. membuat saya kecewa. membuat saya terluka. membuat saya mati rasa (ah, bukankah selalu demikian adanya?).
entahlah, saya hanya lelah. lelah dengan tipuan, lelah dipermainkan keadaan. seolah saya ini hanya boneka. pelaku panggung drama yang sama sekali tidak pernah disaksikan. penonton datang dan pergi, namun tak pernah kembali. saya hanya boneka kayu. boneka kayu yang tak memiliki kehendak sendiri. boneka kayu yang dikendalikan oleh seutas tali.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment